Dr.H.Andi Darussalam Tajang, MA/Meraih bahagia dengan ketaatan/Al Markaz

Meraih bahagia dengan ketaatan
الحَمْدُ للهِ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا . ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَه ذُوْالجَلالِ والاِكْرامِ، وَ أَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،ٍ. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ،
Didunia ini terdapat sesuatu yang hak dan sesuatu yang bathil.
Manusia yang hidup didunia ini terbagi dua bahagian, ada yang menempuh cara hidup yang hak dan juga menempuh yang hidup bathil
Mereka yang menempuh cara hidup yang hak akan mendapatkan ketenangan, kedamaian, kebahagiaan, sementara mereka yang menempuh cara hidup yang bathil akan memperoleh kegelisahan, kesusahan, dan kesensaraan.
Allah swt menginginkan manusia supaya menempuh cara hidup yang hak, oleh karena Allah swt mengirim para nabi dan rasul, mulai nabi Adam sampai Rasulullah Muhammad Saw. Tujuan utama diutusnya para nabi dan rasul adalah untuk membimbing dan menunjukkan kepada manusia agar mereka menempuh cara hidup yang hak.
Cara yang hak itu adalah cara hidup yang telah ditentukan oleh Allah swt bagi manusia, berupa ketaatan kepada Allah Swt dengan melaksanakan seluruh perintahnya dan meninggalkan seluruh larangannya dengan mengikuti cara hidup Rasulullah Saw.
Siapa yang mengikuti cara hidup rasulullah pasti akan ketemu dengan ketenangan, kedamain, dan kebahagian, kemudian di akhirat akan masuk surga yang penuh kenikmatan dan kesenangan untuk selama lamanya, Sebaliknya yang menolak untuk mengikuti cara hidup Rasuluillah Muhammad Saw kan diliputi kegelisahan dan kesusahan, dan di akhirat akan masuk nerka yang penuh azab dan penderitaan selama lamanya.
Tujuan penciptaan manusia pastinya bukan sebuah kesia-siaan. Sebagai makhluk yang diciptakan paling sempurna dibanding makhluk lain, sudah semestinya manusia mengetahui tujuan penciptaannya. Memahami tujuan penciptaan manusia, akan membuat manusia lebih bersyukur dan menghargai sesama makhluk hidup.
Tujuan penciptaan manusia yang paling utama adalah untuk beribadah dan bertakwa pada Allah.. Hal ini sesuai dengan ayat QS.Adz Dzariyat: 56 yang berbunyi:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Al-Dzariyat: 56)
Tujuan penciptaan manusia selanjutnya adalah sebagai khalipah untuk mengurus bumi dan seisinya. Khalifah adalah hamba Allah yang ditugaskan untuk menjaga kemaslahatan dan kesejahteraan dunia. Hal ini tertuang dalam Alquran suarat Albaqarah ayat 30 yang berbunyi.
” Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguh- nya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan men- sucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Artinya:”Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.
Ayat ini mengungkapkan dialog antara Allah dengan malaikat. Allah menegaskan kepada malaikat bahwa Ia akan menjadikan seorang khalifah di bumi ini. Penegasan itu menunjukkan bahwa Allah memberikan kehormatan dan kemuliaan kepada makhluk tersebut untuk menggantikan posisi kemulian-Nya. Malaikat yang menyadari status khalifah Allah yang akan diberikan kepada Adam, bertanya kepada Allah tentang penunjukkan itu. Apakah pantas manusia mendapatkan kehormatan tersebut? Sementara itu, menurut mereka, makhluk yang akan menjadi khalifah Allah itu adalah makhluk yang akan membuat kerusakan di bumi ini.. Selain itu, mereka akan melakukan penumpahan darah yaitu melakukan saling bunuh di antara sesamanya.
Dengan demikian, menurut malaikat, merekalah yang pantas untuk mendapatkan posisi tersebut di bumi ini. Mejawab pertanyaan malaikat Allah menegaskan bahwa Ia mengetahui apa yang tidak diketahui malaikat. Allah Penciptakan seluruh makhluk dan Pemberi pengetahuan, tentu mengetahui apa tujuan dari penciptaan makhluk yang diciptakan-Nya. Hanya Allah yang mengetahui hikmah yang terdapat dibalik penciptaan-Nya. Malaikat, sekalipun senantiasa menyucikan dan memuji Allah, dan makhluk yang paling dekat dengan Allah, tidak mengetahui hikmah dari penciptaan, bila Allah tidak memberitahukannya.
Allah menjadikan manusia sebagai khalifah-Nya dalam pengertian menegakkan kehendak-Nya dan menerapkan ketetapan-Nya. Allah mengangkat manusia sebagai khalifah bertujuan untuk menguji manusia dan memberinya penghormatan. Kekhalifahan merupakan wewenang yang diberikan Allah kepada Adam dan anak cucunya untuk direalisasikan di bumi ini. Dengan demikian, kekhalifahan mengharuskan makhluk yang diserahi tugas tersebut melaksanakan tugasnya sesuai dengan petunjuk Allah. Seluruh perbuatan atau tindakan yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya adalah pelanggaran terhadap makna dan tugas kekhalifahan. Menjadi khalifah Allah di bumi ini ternyata bukan tugas yang ringan atau main-main. Sebagai khalifah Allah di bumi yang akan menjalankan kehendak dan ketetapan-Nya, Adam –sebagai bapak manusia- dibekali Allah dengan segala pengetahuan yang dibutuhkannya untuk menjalankan tugas tersebut. Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruh benda. Dengan demikian berarti Allah memberinya pengetahuan tentang nama-nama atau kata-kata yang digunakan untuk menunjuk benda-benda atau fungsi benda-benda tersebut.
.
Pengetahuan yang telah diberikan Allah kepada Adam, ternyata tidak ada yang diketahui malaikat. Walaupun selama ini mereka merasa sebagai makhluk Allah yang paling dekat dengan-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa pada dasarnya siapapun tidak memiliki pengetahuan kecuali bila Allah memberikan pengetahuan kepadanya. Seluruh potensi atau pengetahuan yang diberikan Allah merupakan modal utama bagi manusia untuk kesiapan mereka dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai khalifah Allah.
Kekhalifahan bukanlah sebuah hadiah yang diperoleh untuk bersenang-senang. Kekhalifahan merupakan tugas yang harus dijalankan dengan baik dan pada akhirnya akan diminta pertanggungjawabannya. Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan dalam sebuah hadis yaitu setiap orang merupakan pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban terhadap kepemimpinan yang dijalankannya. (Hadis riwayat Bukhari no. 844).
Tujuan penciptaan manusia yang ketiga adalah mengemban amanah. Tujuan ini berupa kesanggupan manusia memikul beban taklif yang diberikan oleh Allah SWT. Tujuan penciptaan manusia ini mendidik orang-orang beriman supaya selalu memelihara amanah dan mematuhi perintah tersebut.
Hal ini sesuai dengan QS al-Ahzab ayat 72 yang berbunyi:
” Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikulah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”
Amanah yang sudah ditetapkan tersebut agar tidak dikhianati, baik amanah dari Allah SWT dan RasulNya maupun amanah antara sesama manusia.
Tujuan penciptaan manusia yang keempat adalah agar manusia senantiasa mengetahui maha kuasanya Allah SWT. Ini meliputi pemahaman bahwa seluruh alam semesta, termasuk bumi, tata surya dan sesisnya terbentuk atas kuasa Allah SWT. Hal tersebut telah dijelaskan dalam QS at-Thalaq: 12 yang berbunyi:
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha-Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.”
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ketaatan manusia kepada Allah dalam menjalankan semua keinginan Allah akan menyebabkan manusia merasakan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Ketaatan kepada Allah harus diikuti ketaatan kepada Nabi, karena nabi diutus untuk membimbing manusia menempuh cara hidup yang hak. Namun sangat disayangkan, kebanyakan manusia, bukan hanya manusia yang ingkar kepada Allah bahkan yang mengaku berimanpun kepada Allah menolak dan menginkari cara hidup Rasulullah Saw.
Setiap manusia di dunia pasti mempunyai kebutuhan masing masing, mulai dari persoalan makan minum, berpakaian, ber-muamalah, ber-muasyarah, dan bahkan dalam pernikahan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, seorang yang beriman mempunyai cara yang berbeda dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Orang yang beriman kepada Allah dan Rasulnya sudah barang tentu akan mengikuti cara hidup rasulullah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tersebut.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup berupa makanan dan minuman seorang yang beriman akan memegang prinsip halalan thayyiban , halal dalam cara memperolehnya dan mengikuti cara nabi dalam mengamalkannya, misalnya, makan dengan memulai dengan bismillah, makan minum degan tangan kanan, tidak mencela makanan, tidak makan sambil berdiri apalagi berjalan.
Demikian juga dalam berpakaian, seorang yang beriman akan mengikuti petunjuk nabi dalam berpakaian, misalnya menutup aurat dengan sempurna, memakai pakaian dimulai dengan tangan dan melepaskan pakaian diawali dengan tangan kiri sambil berdoa kepada Allah.
Selanjutnya dalam hal ber-muamalah, seorang yang mengaku beriman kepada Allah RasulNya pasti akan mengikuti petunjuk Allah dan Rasulnya dalam melaksanakan segala sesuatu yang berkaitannya dengan perdagannya, dia tidak mungkin menipu orang lain, mengambil keutungan di luar batas kewajaran dan lain sebagainya, karena dia yakin apapun yang dilakukannya dalam tarnsaksi jual belinya akan dipertanggung jawabkannya di akhirat nanti.
Kemudian dalam ber-muasyarah (hidup berkeluarga), seorang yang beriman pasti akan mengikuti cara hidup nabi dalam membina kehidupan berumah tangga terutama dalam menciptakan kehidupan yang harmonis yang penuh dengan kebahagian, bukan hadis menyatakan bahwa rumah tanggaku adalah surgaku.
Apalagi sesuatu yang menyangkut pernikahan, maka seorang yang beriman tentu akan berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan pernikahan menurut petunjuk nabi, dengan tidak mempersulit terlaksananya pernikahan, dan mengikuti tata cara pernikahan yang disunnahkan oleh Rasulullah Muhammmad Saw.
Kesimpulannya adalah kebahagian hanya akan dirasakan apabila cara hidup kita mengikuti petunjuk dan sunnah Rasulullah Muhammad Saw sebagai tata cara hidup yang hak