Masjid Al-Markaz Al-Islami Jend M Jusuf
  • 3 tahun yang lalu / Selamat Datang Di Website Masjid Al-Markaz Al-Islami Jend. M Jusuf Makassar
  • 3 tahun yang lalu / Selamat Datang di Website Resmi Masjid Al-Markaz Al-Islami Jend. M Jusuf
  • 3 tahun yang lalu / Selamat Datang di Website Resmi Masjid Al-Markaz Al-Islami Jend. M Jusuf Makassar
senin - minggu :

Ekonomi Syariah: Solusi Atau Tantangan Ekonomi Masa Depan/Prof. Dr. H. Arfin Hamid, SH. MH/Al Markaz

Terbit 13 September 2019 | Oleh : admin | Kategori : Makalah/Ceramah/Pengajian
Ekonomi Syariah: Solusi Atau Tantangan Ekonomi Masa Depan/Prof. Dr. H. Arfin Hamid, SH. MH/Al Markaz

Umat Islam, muslimin dan mukminin di manapun berada sebenarnya pantas merasa berbahagia dan merasa bersyukur. Islam, ajaran Islam, umat Islam akan menjadi sorotan, akan menjadi perhatian di mana pun dia berada. Apalagi di internal umat Islam dan juga umat-umat lain, selain umat Islam, bahkan yang tidak suka dengan umat Islam sekali pun juga memberi perhatian penuh kepada agama yang kita anut ini. Memberi perhatian penuh kepada kita ini yang menganut ajaran Islam. Yang terakhir kabar yang menggembirakan bahwa DPR dan pemerintah menyetujui bahwa polisi, polwan bisa berjilbab. Dari hari ke hari umat Islam semakin mendapat tempat pada satu sisi, meskipun pada sisi lainnya juga dihalang-halangi tempatnya.

Kalau kita berbicara mengenai ekonomi syariah, bukan lagi barang baru, sudah menjadi realitas yang ada di hadapan kita, bapak mau bergabung apa saja, mau berkaitan dengan keuangan, bisa langsung ke bank syariah, di mana-mana sudah ada. Di situ ada penjelasannya, di situ ada tata caranya. Bapak mau yang lain, mau menyimpan barang, atau menitipkan barang, mau menyewakan barang, ada pegadaian syariah. Di kota ini cukup banyak, bapak ibu sekalian mau mencoba mempertangguhkan sesuatu apakah jiwa kita, kesehatan kita, ada asuransi Islam, ada asuransi takaful. Bapak mau berinvestasi melalui surat berharga, mau menanamkan modal di bursa efek, di sana ada pasar modal syariah, ada reksadana syariah dan ada suku obligasi syariah, yang sangat menarik akhir-akhir ini. Kalau begitu apanya lagi yang mau dipersoalkan? Toh sudah ada semua?

Pada khutbah yang singkat ini mungkin saya akan menyampaikan pada jamaah satu dua hal tentang filosofi, dasar ekonomi syariah yang nantinya akan diimplementasikan di bank syariah, asuransi syariah, pegadaian syariah dan di pasar modal syariah, yang kita tanpa ragu-ragu lagi.

Tapi maaf terlebih dahulu ketika saya menyampaikan ekonomi syariah mau tidak mau pasti kita kan membanding-bandingkan dengan bank konvensional, rasanya tidak bijak, rasanya tidak arif pada saat membanding-bandingkan, ini jelek, ini bagus, rasa-rasanya bertentangan dengan prinsip dakwah bil hikmah wa mau’izhatil hasanah, serulah ke jalan tuhanmu dengan bijak, dengan cara-cara yang dan simpati. Tapi nantinya tentu saya akan bandingkan sistem ekonomi syariah dan konvensional, kalau bank konvensional seperti ini, tolong ini jangan diartikan dengan emosional, yang tendensius, karena saat ini di tengah-tengah masyarakat kita prinsip-prinsip bijak itu sering kita lupakan. Politik bambu masih ada, kalau kita mau naik injak kawan baru bisa naik dengan cara belah bambu, itu sangat tidak islami. Apalagi di saat-saat eforia menjelang pemilu, pesta demokrasi rakyat, pada bulan April, tolonglah ud’uu ilaa sabiilika bil hikmah, supaya kita tidak menjadi bangsa yang arogan, bangsa yang tidak tahu diri, bangsa yang besar karena penderitaan orang lain, ada dua nilai yang perlu saya tegaskan yang cukup membedakan dengan nilai sistem ekonomi yang ada di dunia.

Apa nilai itu? yang pertama adalah nilai ilahiyah, nilai ketauhidan, nilai ideologi Islam yang mutlak harus mengejawantah dalam bentuk-bentuk ekonomi syariah. Yang di tempat lain ini sangat mahal, bahkan diakui, bahkan diingkari, bahwa berbicara tentang Tuhan adalah sesuatu yang mubazir, sesuatu yang tanpa nilai, sesuatu yang tidak menguntungkan, baca taruhlah di sistem konvensional, di sana ada sekularism, memisahkan antara urusan agama, urusan rohani dan urusan ekonomi. Ada sistem ateism dan bahkan ada yang yang menganggap bahwa tuhan itu tidak ada, tapi dalam ekonomi syariah inilah inti-intinya, inilah fundamentalnya,

ولله ملك السماوات والأرض, Allah adalah pemilik apa yang ada di bumi dan apa yang ada di langit, termasuk kita, termasuk sistem ekonomi syariah, keuntungan yang kita raih adalah milik Allah swt

إياك نعبد وإياك نستعين, Allahlah yang aku sembah dan Allahlah yang aku mintai pertolongan,واعبدواالله ولاتشركوا به شيئا, sembahlah Allah dan janganlah kamu menyekutukannya dengan sesuatu apapun, begitu mulia urgensi nilai ilahiyah ini dalam ekonomi syariah, tidak dikenal di tempat-tempat lain. Pertanyaan selanjutnya, bagaimana buktinya itu? Bahwa Tuhan betul-betul berperan dalam kegiatan ekonomi. Saya ke bank syariah lihat-lihat, sama saja dengan bank konvensional, di mana peran Tuhan? Di situ menyetor uang, di bank konvensional juga menyetor uang, di situ ada tabungan, di bank konvensional juga ada tabungan, jadi tidak ada bedanya. Di mana peran tuhan di situ?

Membayangkan ekonomi syariah jangan membayangkan yang berat-berat, الدين يسر , agama itu mudah dan Allah tidak akan mempersulit hambanya yang berkaitan dengan agamanya. Yang pertama bagaimana nilai ilahiyah dalam praktek bisnis? Implementasi yang pertama lahirlah prinsip yang namanya akidah. Sistem akidah Islam terbagi dua, terimplementasi dalam rukun Islam yang ada lima, syahadat seperti yang dibacakan tadi, kemudian rukun iman, iman kepada Allah sampai kepada iman kepada qada dan qadar, semua harus terimplementasi dalam setiap prilaku dan tindakan ekonomi kita. Yang kedua, prinsip ibadah, nilai ilahiyah itu kalau mau diimplementasikan lahirlah ibadah,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku.

Sebenarnya umat Islam itu ada dua kekuatan yang dia miliki, kekuatan material yang nampak dan kekuatan spiritual, ibadah. Bagaimana implementasi ibadah itu, sederhana sekali jamaah sekalian, tapi apakah kita sudah merasakan bahwa ini adalah bagian dari ibadah, jika tidak maka mulai hari ini coba kita ingatkan bahwa kita bekerja semuanya karena ibadah kepada Allah. Seperti kalau kita mau keluar rumah, kita mau ke toko, maka baca bismillah. Ketika kita mau membuka toko, ketika mau membuka laci, ketika kita mau menyusun barang, Bismillahirrahmanirrahim , itu sudah beribadah kepada Allah swt Jadi tidak usah dibayangkan bahwa harus pakai songkok, pakai jenggot, pake baju koko, harus pake celana banjir dsb, tidak perlu membayangkan yang jauh-jauh. Apa yang kita usahakan itu sesuai dengan syariah. Jangan juga tidak sesuai ekonomi syariah, bikin usaha perjudian atau perusahaan minuman keras, tapi buka toko dengan bismillah, atau mau jual nomor-nomor, tidak sesuai ekonomi syariah buat nomor baca bismillah, tidak bisa seperti itu karena itu tidak benar menurut syariah.

Sepanjang aktivitas tidak bertentangan dengan syariah, baca bismillah, itu sudah beribadah kepada Allah. Itulah implementasi ekonomi syariah dalam ibadah. Apa saja, seorang guru mau mengajar baca bismillah, ibda’

Bismillahirrahmanirrahim, seorang pengecer koran mau jual koran, bacalah bismillah, seorang tukang servis mau buka toko bacalah bismillah, tidak perlu ada al-Qur’an, ayat di situ, tidak harus pakai jenggot dst. Karena itu ekonomi syariah sangat manusiawi. Prinsip yang ketiga yang lahir adalah prinsip syariah, kalau kita baca undang-undang, bahwa bank yang bisa beroprasi di Indonesia ada bank yang berdasarkan bunga dan ada bank yang berdasarkan prinsip syariah. Prinsip syariah ini lahir dari nilai ilahiyah. Apa itu prinsip syariah? Yaitu segala sesuatu yang kita lakukan harus sesuai dengan syariah, sesuai dengan al-Quran sesuai dengan Hadis. Di sini ada masalah jamaah sekalian, saat ini kita tidak bisa lepas dari ekonomi yang ada, konvensional begitu, kita mau apa saja itu dibangun dengan sistem konvensional, misalnya mau naik travel, dibangun berdasarkan sistem ekonomi konvensinal yang bukan ekonomi syariah, mau berdagang, masih banyak yang dipengaruhi dengan cara-cara konvensinal dst.

Islam itu tidak kejam, bukan Islam pemberangus, seperti yang disampaikan oleh beberapa orientalis yang mempelajari Islam untuk menyudutkan Islam. Islam itu ramah, rahmatan lil ‘aalamin. Contoh kecil, Rasulullah sebelum menjadi Rasul adalah pedagang yang ulung, terkenal di kota Madinah, Syiria, pedagang yang jujur. Beliau belum menjadi Rasul, masih hidup dalam kehidupan jahiliyah. Tapi ketika dia menjadi Rasul setelah 40 tahun, cara-cara berdagangnya tidak ada yang berubah. Itu artinya Islam bukan pemberangus, praktek-praktek yang ada sebelum Islam itu juga adalah ciptaan Allah. Contoh kedua, ketika fathu Mekkah, ketika Rasulullah akan menaklukkan kota Mekah, hijrah di Madinah selama 20 tahun lebih, 8 tahun. Ketika dia katakan Makkah sudah di bawah kedaulatan saya, barangsiapa mau selamat masuk masjid, barangsiapa mau selamat maka masuklah di rumahnya dan menutup rumahnya, barangsiapa mau selamat menyambut saya dan masuk masjid, tidak ada pertumpahan darah sedikit pun, padahal Mekah ketika itu lengkap, kompleks, semua jenis manusia ada di situ, ada jahiliyahnya, ada muslimnya, ada yahudinya, tanpa pertumpahan darah. Jadi kesimpulannya Islam itu adalah rahmatan lil ‘aalamin.

 Begitu pula dalam sistem ekonomi, praktek-praktek yang tidak bertentangan dengan ekonomi syariah, ekonomi syariah mari kita jadikan bagian dari ekonomi. Jadi jangan anda katakan kita buang semua itu, Islam bukan kejam, tapi dalam Islam sepanjang praktek itu tidak bertentangan dengan syariah mari kita laksanakan. Pada saat itulah kita telah mengekonomi syariahkan aktivitas kita

Prinsip yang ketiga yang lahir dari ilahiyah adalah prinsip تزكية, suci. Aktivitas kita harus suci, bukan hanya lahiriahnya saja tapi batiniyah. Dalam Islam hal-hal yang batiniyah itu luar biasa. Kalau kita sudah mandi pakai sampo, pakai sabun yang mahal, dengan air bersih, tidak bisa langsung shalat, kenapa? karena kita belum suci karena itu kita disuruh berwudhu dulu supaya sah shalatnya. Apa yang kita lakukan kalau kita berwudhu? Inikan tangan sudah bersih, sudah disampoi, sudah disabuni tidak ada apa-apa, apanya lagi? Di situlah rahasia Tuhan, kita masih kotor di hadapan Allah swt, disuruh mensucikan, disuruh wudhu dulu kalau shalat kita mau diterima, segala perilaku kita harus tazkiya, artinya suci lair, suci batin. Implementasinya dalam ekonomi syariah, mungkin saja sesuatu itu menguntungkan, sangat menggiurkan, sangat menarik, tapi dalam sisi syariah belum tentu halaalan, karena itu mari kita berusaha yang betul-betul حلالا طيبا , suci fisiknya dan suci juga bathinnya.

Sebagai kesimpulan, marilah kita sama-sama memba­ngun kehidupan kita yang dilandasi dengan nilai-nilai ilahiyah. Nilai-nilai ilahiyah di zaman kita ini bukan itu saja, tapi banyak sekali yang berkaitan dengan ekonomi itu yang paing relevan untuk disampaikan. Jadi bagaimana akidah kita itu menjelma dalam sistem ekonomi, kalau kita mau curang ada Allah yang melihat kita, jika saya berbohong kepada orang lain maka itu sama saja saya membohongi diri sendiri dan membohongi Allah swt. Saya percaya bahwa Muhamamd saw adalah utusan Allah, ada kitab-kitabnya yang bisa jadi pedoman kerena itu harus saya pedomani dalam praktek-praktek ekonomi. Ada prinsip ilahiyah-nya, ada prinsip tazkiyah-nya, mungkin saja baju yang kita pake ini sering dicuci setiap hari, di-laundry tetapi secara syariah belum tentu benar karena itu diperoleh dari sumber-sumber yang diharamkan oleh Allah swt, mungkin hasil pencurian, korupsi, penipuan, kita pakai sembahyang dan pastilah sembahyang kita tidak akan diterima oleh Allah swt

Orang tua kita dulu itu kalau mau shalat itu ada ruangan­nya tersendiri, ada bajunya, ada sajadahnya kalau dia pulang kerja dia buka bajunya dia simpan dia ganti dengan baju shalatnya itu karena prinsip tazkiyahnya yang luar biasa oleh karena mereka tidak mau berhadapan dengan Allah manakala apa yang ada di hadapannya bertentangan dengan syariah, karena bertentangan dengan syariah maka pasti tidak akan diterima oleh Allah swt إن الله طيب لا يحب إلا طيبا , Allah itu Maha Suci dan hanya akan menerima yang suci, semoga ada manfaatnya jamaah sekalian pada khutbah yang singkat ini

SebelumnyaMembangun Jaringan Umat Islam/Prof. Dr. H. Kamaruddin Amin, MA/Al Markaz SesudahnyaJabatan Adalah Amanah/Dr. H. Fuad Rumi, MSc/Al Markaz

Tausiyah Lainnya