Masjid Al-Markaz Al-Islami Jend M Jusuf
  • 3 tahun yang lalu / Selamat Datang Di Website Masjid Al-Markaz Al-Islami Jend. M Jusuf Makassar
  • 3 tahun yang lalu / Selamat Datang di Website Resmi Masjid Al-Markaz Al-Islami Jend. M Jusuf
  • 3 tahun yang lalu / Selamat Datang di Website Resmi Masjid Al-Markaz Al-Islami Jend. M Jusuf Makassar
senin - minggu :

H. BURHANUDDIN YUSUF./KHUTBAH JUMAT/ALMARKAZ

Terbit 6 Maret 2020 | Oleh : admin | Kategori : ceramah jum'atKhutbah jum'atMakalah CeramahMakalah/Ceramah/Khutbah Jum'at
H. BURHANUDDIN YUSUF./KHUTBAH JUMAT/ALMARKAZ

KHUTBAH JUM’AT
MASJID AL-MARKAZ AL-ISLAMI JENDERAL M YUSUF
6 MARET 2020
H. BURHANUDDIN YUSUF.

السّلآم عليكم ورحمة الله وبركاته

– الحمد لله الذى أمر عِباده المؤمنين بااعدل والإحسان في جميعِ الأمور ووعدهُ من أطاعه ورسوله بالثّواب الجليل
– أشهد أن لآ إله إلاّ الله الذى شرح صدورَ المؤمنين بالنّور وأشهد أنّ محمّدا عبدهُ ورسوالهُ صاحب مقام المحموادِ واللوءِ المنشوارِ
– أمّا بعد فيا أيُها المسلموان رحمكم الله أواصيكو ونفسي بتقوى الله كما قوله في كتابه الكريم: “يا أيها الين آمنوا اتّقوا الله حقّ تقاته ولآ تمواتنّ إلآّ وأنتم مسلموان”

Senantiasa kita berhamdalah, ber-alhamdulillah, memuji Allah swt, Allah Yang Maha Terpuji, Allah yang tidak pernah putus-putusnya menebar rahmat karunia-Nya kepada seluruh makhluk-Nya, termasuk kepada kita semua. Bahwa hari ini, kita semua masih hidup, juga sehat dalam bingkai iman kemada-Nya, adalah bagian kecil dari rahmat-Nya itu yang paling mudah untuk disebut, dan dengan itu pulalah hari ini kita hadir bersama di tempat yang sama kita banggakan ini, masjid al-Markaz al-Islami Jenderal M Yusuf untuk memenuhi panggilan-Nya di hari Jum’at. Semoga bentuk kesyukuran kita ini semakin mendekatkan diri kita semua kepada-Nya, amin.
Shalawat dan salam senanitasa juga kita lantunkan buat nabi, rasul junjungan kita semua, Muhammad saw. Semoga shalawat ini terbias juga buat sahabat-sahabat beliau dan keluarga-keluarga beliau seluruhnya, amin, ya rabba al-.alamin.
Hadirin sidang jama’ah Jum’at yang insya Allah dirahmati Allah swt.
Tema yang ditetapkan oleh al-Markas hari ini adalah Perempuan.
Perempuan adalah subyek sekaligus obyek dan tema pembicaraan yang tidak pernah kering-keringnya. Kenapa? Karena perempuan adalah sosok manusia yang menentukan jalannya sejarah, jalannya keberlangsungan hidup generasi manusia dan juga sekaligus sebagai penentu warna , watak dan prilaku atau dalam istilah politiknya, “jiwa” manusia dari generasi ke generasi.
Kalau kita menengok sejarah, sungguh banyak pemimpin dunia berhasil dengan gemilang, karena di sisinya ada istri perkasa yang mendampingi. Istri itu pastilah perempuan. Sebaliknya cukup banyak pemimpin di berbagai bidang, terkapar karirnya hanya gara-gara perempuan. Memang perlu dikoreksi opini yang berkembang bahwa perempuan adalah makhluk Allah yang lemah sehingga harus dilindungi oleh kaum laki-laki.
Alquran sendiri tidak menyebut perempuan sebagai makhluk lemah. Alquran justru menyebutkan hak, peran dan tanggungjawab perempuan itu sejajar dengan pria. Lihatlah misalnya firman Allah swt. pada surah al-Nahl (16) ayat 97:
مَنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَلَنُحۡيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةٗ طَيِّبَةٗۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ
dan surah al-An’am (6) ayat 160:
مَن جَآءَ بِٱلۡحَسَنَةِ فَلَهُۥ عَشۡرُ أَمۡثَالِهَاۖ وَمَن جَآءَ بِٱلسَّيِّئَةِ فَلَا يُجۡزَىٰٓ إِلَّا مِثۡلَهَا وَهُمۡ لَا يُظۡلَمُونَ

Dan juga firman Allah swt. pada surah Ali Imran (3) ayat 195:
…. أَنِّي لَآ أُضِيعُ عَمَلَ عَٰمِلٖ مِّنكُم مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰۖ بَعۡضُكُم مِّنۢ بَعۡضٖۖ ….
…. “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, ….

Sungguhpun demikian, dapat difahami juga bahwa dalam Alquran disebutkan bahwa Pria memiliki sejumlah kelebihan atas perempuan, namun juga harus dicatat Alquran juga menyebut sejumlah kelebihan perempuan atas pria. Kalau begitu, makna kelebihan di sini bukan menunjuk ke makna superioritas yang satu kepada yang lainnya, namun lebih mengarah ke makna derifasi atau peran spesifik tertentu dari mereka seiring dengan perbedaan fitrah kejadian dari masing-masing jenis manusia.
Salah satu kelebihan perempuan atas laki-laki adalah tingkat kepekaan “zauq” rasa batin yang mereka miliki. Zauq ini lebih dominan Hampir di semua lini aktifitas perempuan. Oleh karena itu, dapat dipahami jika kedekatan emosional perempuan kepada putra putrinya, secara umum jauh lebih baik dari pria atau suaminya.
Di sinilah sesungguhnya kunci dari peran istimewa perempuan dalam keluarga sebagai pendidik pertama dan utama bagi putra-putrinya.
Perempuan menjadi sosok yang sangat menentukan bagi pembentukan watak dan karakter putra putri yang dilahirkannya. Mengapa demikian, mereka menyentuh putera putrinya dengan jiwa, dengan hati, dengan rasa, dan ini nyambung dengan hati dan rasa dari anak yang dididiknya. Bahkan sebenarnya, proses sentuhan jiwa ini bukan hanya pasca kelahiran sang bayi, bahkan semasa masih dalam kandungannya. Yang dilakukan oleh sang bunda bukan hanya berupa pemeliharaan pisik sang janin dengan menjaga sebaik-baiknya kondisi kandungannya, tapi juga dengan sejumlah harapan mulia dan do’a-doa yang dilantunkan kepada Allah swt. Ini tergambar antara lain melalui do’a seorang
perempuan dari keluarga Imran ketika ia mengandung
إِذۡ قَالَتِ ٱمۡرَأَتُ عِمۡرَٰنَ رَبِّ إِنِّي نَذَرۡتُ لَكَ مَا فِي بَطۡنِي مُحَرَّرٗا فَتَقَبَّلۡ مِنِّيٓۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡعَلِيمُ
(Ingatlah), ketika isteri ‘Imran berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahu (QS Ali Imran (3):35)
“.
فَلَمَّا وَضَعَتۡهَا قَالَتۡ رَبِّ إِنِّي وَضَعۡتُهَآ أُنثَىٰ وَٱللَّهُ أَعۡلَمُ بِمَا وَضَعَتۡ وَلَيۡسَ ٱلذَّكَرُ كَٱلۡأُنثَىٰۖ وَإِنِّي سَمَّيۡتُهَا مَرۡيَمَ وَإِنِّيٓ أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ ٱلشَّيۡطَٰنِ ٱلرَّجِيمِ )آل إمران /3: 36)
Maka tatkala isteri ‘Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: “Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk”.

Hadirin sidang jama’ah Jum’at yang insya Allah dirahmati Allah swt.
Apakah setiap perempuan yang berkedudukan sebagai istri atau ibu rumah tangga memiliki kualitas yang sama dalam hal mendidik putra putrinya? Jawabannya tentu tidak. Ini karena ada sejumlah factor penentu yang saling terkait dan menentukan, terutama:
Yang Pertama, Pengetahuan Keluarga dari suami istri.
Pengetahuan dan pemahaman tentang bagaimana membina keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah menjadi modal yang penting bagi kemampuan seorang ibu dan ayah mendidik dengan benar anak-anak mereka. Banyak kasus keluarga terjadi karena pernikahan berlangsung tanpa bekal pengetahuan keluarga yang cukup. Bahasa kerennya, perkawinan tanpa perencanaan, Pada kasus ini, pasangan tidak siap mental dan kecakapan untuk mendidik dengan baik putra-putri yang lahir. Akibatnya adalah muncul generasi dengan perangai, watak yang tidak seperti yngh diinginkan orang tua.
Sebenarnya, jauh sebelum ini, seorang filosof akhlaq muslim, Syauqi Beg memberi peringatan melalui kalimat yang cukup indah:
“أذِّبوا أولآدكم خمسأ وعشرين سنةٍ قبل وِلآدتهم” maknanya adalah didiklah anak-anakmu dua puluh lima tahun sebelum mereka lahir. Maksud dari ungkapan ini sebenarnya adalah bahwa para calon suami istri harus memiliki pengetahuan dan kecakapan mendidik anak dengan betul jauh sebelum mereka melangkah ke jenjang perkawinan.
Yang Kedua, Perhatian dan Pendampingan Penuh Suami
Dalam sejumlah kasus, seorang ibu sungguhpun memiliki bekal dan pemahaman tentang bagaimana membina keluarga termasuk anak-anak yang ia lahirkan, namun karena tidak mendapat dukungan pendampingan yang memadai dari sang suami, maka iapun mengalami kesulitan yang berat. Dalam hal ini, biasanya sang suami beralasan seribu satu, entah benar atau hanya dibuat-buat saja, namun yang jelas, sang suami tidak merasa memiliki tanggungjwab. Bahkan boleh jadi, sang suami berpikir, tanggungjawab mengurus rumah tangga termasuk mengurus dan mendidik anak-anak adalah istri, bukan suami. Ia tidak sadar kedudukannya sebagai kepala rumah tangga.
Terkait dengan ini, imam al-Zamakhsyari dalam kitabnya al-Kasysyaf jus V hal 93 menukilkan: إنّ أشدّ النّاسِ عذاباً يومَ القيمةِ من جهِلَ أهلَهُ yakni bahwa manusia (suami) yang paling berat siksaannya di hari akhirat adalah yang menelantarkan keluarganya.
Yang Ketiga, Dukungan Pasilitas.
Dewasa ini, mendidik generasi menjadi generasi yang shaleh dan berkualitas tidak cukup hanya dengan himbauan, perintah, suruhan, tapi juga harus dengan dukungan pasilitas, baik pasilitas yang disediakan oleh badan pemerintah dan swasta maupun yang harus disediakan oleh kedua orang tua. Dalam kenyataan, semakin maju tingkat peradaban dan kebudayaan suatu generasi semakin tinggi pula keperluan dukungan pasilitas yang diperlukan. Singkatnya, Pendidikan itu dalah infestasi jangka Panjang dan mahal.
Terkait dengan ini, demi terwujudnya generasi shaleh yang berkualitas, diperlukan pengorbanan dari kedua orang tua. Mungkin keduanya harus mengorbankan keinginan tertentu seperti membeli, bepergian dan sebagainya, namun tidak dilakukan demi untuk mendukung Pendidikan si buah hati.
Sesungguhnya suatu pengorbanan, tidak semudah mengatakannya Memang sudah menjadi aksioma, semakin besar dan semakin tinggi nilai suatu cita-cita, semakin besar dan berat pula pengurbanan yang dibutuhkan. Kenapa? Karena suatu pengorbanan terkait dengan perlawanan terahadap keinginan-keinginan manusia yang bisanya dimotori oleh hawa nafsu. hanya orang-orang yang tahan banting yang mampu menekan hawa nafsunya, yang bisa sukses lulus. Siapakah orang yang tahan banting itu? Menurut Rasulullah saw. adalah mereka yang mampu berjihad melawan “nafsunya” (جهاد النّفس) dan orang memiliki kemampuan itu menurut Alquran, adalah orang-orang yang memiliki “kesabaran”. Artoiny adalah, pengorbanan itu berat, namun dibaliknya adalah surge. Perhatikan firman Allh swt pada surah al-Nazi’at (79) ayat 40-41 :
وَأَمَّا مَنۡ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ وَنَهَى ٱلنَّفۡسَ عَنِ ٱلۡهَوَى ، فَإِنَّ ٱلۡجَنَّةَ هِيَ ٱلۡمَأۡوَىٰٰ
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).
Yang Keempat, Do’a dan Penyerahan diri kepada Allah swt..
Bagi seorang muslim, penyerahan diri lewat do’a adalah bagian integral dari usaha maksimalnya untuk mencapai suatu cita-cita. Do’a adalah sarana komunikasi sang hamba kepada Khaliknya, Allah swt. Semakin sering seorang hamba berkomunikasi dengan Tuhannya lewat do’a-do’a semakin disukai oleh Allah swt.
Melalui hadist Qudsi, Rasulullah saw. menyatakan bahwa Allah swt. lebih responsive terhadap do’a seorang hamba dari sang hamba itu sendiri. Perhatikan teks matan hadist Rasulullah saw yang diriwiyatkan oleh imam Bukhari sbb.:
إذا تقرّب العبد إليّ شبرَا تقرّبتُ إليهِ ذراعًا وإذا تقرّبَ إليّ ذراعًا تقرّبتُ منه باعًا وإذا أتاني يمشي أتيته مروله
Jika seorang hamba mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Dan jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepah. Jika ia datang kepadaku berjalan, maka Aku datang kepadanya berlari-lari.

Sebagian ulama mutaqaddimin menegaskan bahwa hamba yang malas berdo’a, apalagi tidak mau berdo’a kepada-Nya dinilai sebagai hamba yang sombong, hamba yang tidak merasa butuh sesuatu kepada Tuhannya; sementara salah satu sifat yang paling dibenci Allah dari hamba-Nya adalah sifat kesombongan itu.
Di antara contoh lafadz do’a yang biasa dikumandangkan oleh kedua orang tua bagi anak-anaknya dan juga bagi diri keduanya yang ternukil dalam Alqur’an, adalah sebagaimana tercantum pada surah Al Furqan (25) ayat 74:
وَٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبۡ لَنَا مِنۡ أَزۡوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعۡيُنٖ وَٱجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِينَ إِمَامًا
Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.

Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa perempuan bukanlah makhluk Allah yang lemah. Ia adalah sosok yang perkasa, pantang menyerah dan menjadi tumpuan bagi masa depan bangsa dan negara. Itulah makna dari ungkapan “ الجنّة تحت أقدام الأمّهات” Di bawah telapak kaki ibu iitu terletak syurga. Sungguhpun demikian, ia perlu perhatian, pendampingan dan dukungan penuh dari sang suami, dan lebih dari itu, Pendidikan Keluarga yang bertujuan untuk menyiapkan keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah by design menjadi hal penting yang tidak boleh ditawar-tawar.
Semoga dengan pokok-pokok pikiran ini menjadi bagian dari perenungan, studi, pengembangan dan amalan kita semua dalam rangka “li I’lai kalimatullah” dalam rangka kita setapak demi setapak menuju ke keridhaan Allah swt., menuju ketakwaaan yang lebih paripurna kepada Allah swt., amin.

الخطبة الثّاني
– الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شروار أنفسنا ومن سيِّعات أعمالنا
– من يهد الله فلآ مظل له ومن يظل الله فلآ هادي له
– نشهد أن لآ إله إلاّ الله واحده لآ شريك له ونشهد أنّ محمّدا عبدهُ ورسوالهُ المبعواثُ رحمةً للعالمين
– إنّ الله وملآئكته يصلّون على النبى يا أيّها لذين آمنوا صلّوا عليه و سلِّموا تسليماً
– الهم صلّ على محمّد وعلى آل محمّد كما صلّيت وسلّمت وبا ركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنّك حميد مجيد
– ألهم إنّا نشهد أنك أنت الله لآ إله إلآّ أنت الأحد ، الصّمد ، الذى لم يلد ولم يولد ، ولم يكن له كفوا أحد
– ألهم أعزُّ الإسلآم و المسلمين ، وانصرنا إلى هداتك المستقيم ، واجعلنا من عبادك الذين يستمعوان القول فيتّبعوان أحسن
– ألهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤ منين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات برحمتك يا أرحم الرّحمين
– ربنا حب لنا من أزواجنا وذرِّيتنا كرّة أعين واجعلنا من عبادك المخلصين
– ربنا اغفرلنا ولوالدينا وارحم هم كما ربّونا صِغارى
– ربنا آتنا في لدُّنيا حسنةً وفي الآخرة حسنةً و قنا عذاب النّار
عباد الله ، إنّ الله يعمركم با اعدل و الإحسان و يعمركم با المعرواف وينهاكم عن الفحشاء والمنكر ، وادعواهم أينما كنتم لعلكم تفلحوان ، والله يعلم ما تصنعوان

SebelumnyaBerbakti kepada Ibu sebagai Bukti Penguatan Karakter Bangsa/Prof. Dr. Darussalam Syamsuddin, M.Ag/Al Markaz SesudahnyaMEMBANGUN KEHIDUPAN UMAT BERBASIS LOCAL WISDOM/KASJIM SALENDA/AL MARKAZ

Tausiyah Lainnya