MENSYUKURI NIKMAT KEMERDEKAAN 76 Tahun Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh/Prof. Dr. Arifuddin Ahmad, M.Ag./Al Markaz Dakwah

MENSYUKURI NIKMAT KEMERDEKAAN
76 Tahun Indonesia Tangguh,
Indonesia Tumbuh
Oleh:
Prof. Dr. Arifuddin Ahmad, M.Ag.
“Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh” mendeskripsikan nilai-nilai ketangguhan, semangat pantang menyerah untuk terus maju bersama menempuh jalan penuh tantangan, agar dapat mencapai masa depan yang lebih baik. Jika menengok kilas balik sejarah perjuangan lahirnya kemerdekaan Indonesia, tantangan covid-19 belum seberat yang dihadapi oleh para pejuang dan pendiri bangsa Indonesia yang tidak hanya menghadapi jenis wabah yang silih berganti namun juga berhadapan dengan penjajah yang silih berganti. Karena itu, perlu menggali “mukjizat” dibalik kemerdekaan bangsa Indonesia.
Menurut sejarah, ALUTSISTA (Alat Utama Sistem Senjata) yang dimiliki oleh bangsa-bangsa yang ada di nusantara saat itu jauh lebih canggih dari pada yang dimiliki oleh bangsa penjajah, yakni “Bambu Runcing” atau sejenisnya berhadapan dengan senjata api bahkan tank dan pesawat tempur, sehingga mustahil bisa meraih kemerdekaan jika hanya mengandalkan alutsista. Namun, jika dicermati pengakuan para pendiri bangsa bahwa kemerdekaan Indonesia diperoleh atas berkat rahmat Allah SWT, sebagaimana dinyatakan di dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-3, berbunyi:
“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.”
Maka, dapat dinyatakan bahwa hal yang paling mendasar dari kemerdekaan bangsa Indonesia adalah karena para pejuang dan pendiri bangsa ini menghadirkan bahkan menyandarkan perjuangan mereka kepada kekuasaan Allah SWT. Jika demikian, seharusnya bangsa Indonesia senantiasa meneladani strategi dan prinsip perjuangan para pejuang dan pendiri bangsa ini, termasuk dalam menghadapi pandemi covid-19. Seharusnya tidak mengabaikan kekuasaan Allah SWT dan hanya mengedepankan pendekatan rasionalitas, tetapi juga spiritualitas; dimensi imaniah harus bergandengan dimensi ilmiah. Di sisi lain, jika mengacu pada urutan sila Pancasila, maka sila pertama “Ketuhanan” harus didahulukan daripada sila kedua “kemanusiaan”, muhafazhah ‘ala al-dīn harus didahulukan daripada muhāfazhah ‘alā al-nafs.
Dengan demikian, bangsa Indonesia akan tetap tangguh jika bangsa Indonesia tetap menghadirkan Allah SWT dalam mengisi kemerdekaan dan menyelenggarakan kehidupan berbangsa dan bernegara. Negara yang tangguh akan mudah tumbuh berkembang. Karena itu, mari kita semakin dekat dengan Allah SWT, semakin dekat dengan-Nya insya Allah akan semakin kuat bangsa ini. Orang yang dekat dengan Allah pun akan semakin kuat imannya, semakin tenang dan imunnya akan meningkat. Sebaliknya, semakin jauh dari Allah SWT, bangsa Indonesia akan semakin lemah dan karenanya sulit untuk tumbuh berkembang. Bersandar kepada makhluk-Nya akan menjauhkan bangsa Indonesia dari rida Allah SWT dan selanjutnya akan jauh dari pertolongan dan rahmat-Nya. Sebaliknya, justru makhluk tersebut akan menambahkan beban kepada bangsa Indonesia.
Pengakuan bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia adalah atas berkat dan rahmat Allah SWT menunjukkan bahwa kemerdekaan merupakan nikmat yang patut disyukuri dengan cara menjalankan syariat Allah, bukan menentang syariat-Nya. Allah swt berfirman dalam QS Ibrahim/14:7, berbunyi:
وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٞ
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”
Pernyataan bahwa Allah Tuhan kita menunjukkan bahwa hakikat kemerdekaan adalah penghambaan hanya kepada Allah SWT sesuai firman-Nya di dalam QS Al-A’raf/7:172, berbunyi:
وَإِذۡ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِیۤ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمۡ ذُرِّیَّتَهُمۡ وَأَشۡهَدَهُمۡ عَلَىٰۤ أَنفُسِهِمۡ أَلَسۡتُ بِرَبِّكُمۡۖ قَالُوا۟ بَلَىٰ شَهِدۡنَاۤۚ أَن تَقُولُوا۟ یَوۡمَ ٱلۡقِیَـٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنۡ هَـٰذَا غَـٰفِلِین
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.”
Nikmat kemerdekaan juga merupakan buah pengorbanan para syuhada kusuma bangsa atas kepedulian mereka terhadap generasi berikutnya (altruistik atau i’tsar). Mereka memiliki kepedulian yang tinggi, hingga rela berkorban untuk kepentingan generasi bangsanya, bukan menjadi pecundang dan pengkhianat bagi bangsanya.
Al-Quran menggambarkan orang-orang yang bersifat altruistik atau I’tsar, sebagaimana telah ditunjukkan oleh orang-orang Anshar di Madinah atas saudaranya sesama muslim yang hijrah dari Mekah (muhajirin), di dalam QS al-Hasyr/59:9, berbunyi:
وَيُؤثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فأُولَئِكَ هُمُ المُفْلِحُونَ
“Dan demi untuk kepentingan manusia lainnya, mereka sudi berkorban dan mengorbankan apa yang ada pada mereka. Dan barang siapa yang terpelihara dari sifat egoistis, mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (Q.s. al-Hasyr/59:9)
Sifat altruistik atau i’tsar juga telah dicontohkan oleh para pejuang dan pendiri bangsa Indonesia, mereka rela berkorban bahkan sampai titik darah penghabisan melawan penjajah untuk menghadirkan Indonesia Merdeka, bukan mengorbankan negara dan/atau bangsa untuk kepentingan pribadi atau golongan. Karena itu, siapa pun yang secara sadar mengorbankan negara dan/atau bangsa untuk kepentingan pribadi dan/atau golongan adalah sebuah pengkhianatan terhadap cita-cita para pejuang dan pendiri bangsa Indonesia.
Mari istiqamah dalam iman dan takwa kepada Allah SWT semoga pertolongan dan rahmat-Nya senantiasa tercurah bagi bangsa Indonesia, sehingga terbebas dari berbagai cobaan, termasuk pandemi covid-19; semoga tema HUT ke-76 tahun ini dapat terwujud, yakni “Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh”; baldatun thayyibatun wa Rabb al-ghafūr. Wa Allah A’lam bi al-Shawab!!!
Masjid Al-Markaz al-Islami, 13 Agustus 2021