Mukmin Yang Profesional/Prof. Dr. H. Rusydi Khalid, MA./Al Markaz

وَقُلِ ٱعۡمَلُواْ فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمۡ وَرَسُولُهُۥ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلۡغَيۡبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ
Terjemahnhya:
“Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”.
Ayat di atas adalah ayat 105 dari surah at-Taubah. Ayat tersebut merupakan salah satu ayat dalam al-Qur’an dari sejumlah ayat dengan mempergunakan akar kata ‘amal, ‘ain, mim, dan lam. Yang mana dalam kitab mu’jam almufahras li alfaadzil quran oleh Muhammad Fuad Abdul Baaqi, kata-kata yang berasal dari ‘ain, mim dan lam dalam berbagai bentuk itu berjumlah 359 kali. Dari sejumlah ayat dan kata-kata yang disebutkan al-Qur’an yang menunjuk kata ‘amal, itu ada yang berisi perintah (al-amar), yang mana perintah itu bisa bermakna wajib, fardhu atau juga sunnah, atau juga sesuatu yang dibolehkan.
Sedang dalam ayat yang kita bacakan tadi itu Allah memerintahkan kepada kita yang mengaku umat Islam untuk bekerja, beramal, berusaha, juga melakukan aktivitas yang bermanfaat bagi diri dan orang lain atau manusia secara umum. Namun dalam Islam menurut ketentuan al-Qur’an dan as-Sunnah pekerjaan itu harus dilandasi niat untuk mendapatkan keridhaan Allah dan harus didapatkan secara baik, secara tekun, atau dalam bahasa sekarang disebut secara profesional. Ini sejalan dengan hadis Nabi saw yang disampaikan Ibnu Umar radiallahu anhu. Nabi bersabda
إن الله يحب المؤمن المحترف
Rasulullah saw mengemukakan bahwa Allah mencintai mukmin yang profesional. Kemudian penilaian, penghargaan akan diberikan oleh Allah, rasul-Nya dan kaum mukmin seluruhnya di akhirat nanti.
Jadi bekerja atau dalam bahasa al-Quran beramal adalah fitrah manusia untuk mempertahankan kehidupan dan kelangsungan hidup generasi umat manusia. Manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan fasilitas yang lengkap, jasmani dan rohani yang berbeda dengan makhluk lainnya seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan hanya bekerja pada tempat ia tumbuh, tak dapat berpindah tempat kecuali dipindahkan oleh manusia atau hewan. Tumbuh-tumbuhan hanya bisa berkembang dari sebuah biji lalu menumbuhkan tunas menjadi batang yang beranting dan berdaun. Kemudian binatang bekerja sesuai nalurinya untuk dapat hidup, sebatas mencari makan atau memangsa santapannya. Tidak ada inovasi, tidak ada kreasi dalam dunia hewan dan nabati atau dunia fauna dan flora, beda dengan manusia.
Manusia di zaman modern yang bekerja, berbeda dengan manusia di zaman primitif. Manusia di zaman purba bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan perut atau jasmaninya semata. Namun manusia di zaman modern atau di zaman teknologi informasi sekarang ini, bekerja bukan untuk pangan semata, namun juga untuk tujuan kesenangan dan kenikmatan, kemudahan dalam hidup. Sebagai contoh, manusia pada zaman dahulu, untuk berkomunikasi, manusia dibatasi oleh ruang dan jarak. Contoh orang yang berada di Makassar mustahil pada zaman dahulu dapat berbicara dengan kerabatnya yang berada jauh di seberang lautan. Untuk naik haji pada zaman dahulu membutuhkan perjuangan dan penderitaan yang berat, menempuh perjalanan laut dan darat berbulan-bulan dengan kapal layar atau kapal laut yang singgah dari kota ke kota yang berada di tepi pantai, menaiki kendaraan berkuda, onta atau berjalan kaki. Tapi kini dengan kecanggihan ilmu dan teknologi, manusia dapat berkomunikasi dengan sahabat dan kerabatnya, sekalipun dibatasi oleh pulau dan benua melalui telepon selular. Dengan pesawat terbang, manusia dapat berpindah tempat pada satu tempat atau satu benua ke kota atau benua lain hanya dalam hitungan jam atau hari saja. Tidak dalam hitungan minggu, bulan bahkan tahun.
Bagi orang beriman semua kemajuan itu merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri dan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Namun, lebih dari itu kesyukuran itu harus diwujudkan dengan meningkatkan kerja keras kita berupaya untuk memeberikan yang terbaik untuk manusia dan kemanusiaan.
خير الناس أنفعهم للناس
manusia terbaik adalah manusia yang paling banyak manfaatnya bagi sesama manusia.
Al-Quran ketika menyatakan kata ‘amal maka konotasinya menunjuk kepada semua kerja, karya, karsa manusia, termasuk kegiatan baik atau buruk. Aktivitas positif atau negatif, termasuk kreasi dan inovasi dan juga meningkatkan produktivitas dalam kehidupan kita. Umat Islam di masa keemasan melahirkan sejumlah ilmuwan, pakar yang kreatif dan inovatif yang mengerahkan kemampuan, kecerdasan otaknya untuk menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi umat manusia. Umat Islam mengenal misalnya ahli Ilmu Pasti al- Khawarzm, ahli Aljabar, Jabir bin Hayyan, Bapak Kedokteran, Ibnu Sina, Bapak Ilmu Logika Islam dan Filsafat Islam, Ibnu Rusy dan banyak lagi.
Berkreasi dan berinovasi untuk kemanfaatan umat manusia merupakan amal shaleh yang amat dipuji al-Qur’an dan Rasulullah saw. Bekerja untuk memperoleh rezki, untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri itu disebutkan dalam surah Yasin ayat 35.
لِيَأْكُلُوا مِنْ ثَمَرِهِ وَمَا عَمِلَتْهُ أَيْدِيهِمْ أَفَلَا يَشْكُرُونَ
Hendaklah manusia makan dari buah-buahan yang dihasilkan dan dari hasil pekerjaan tangan mereka supaya mereka mensyukuri nikmat-nikmat Allah swt Ada contoh yang dikemukakan bahwa kerja juga dilakukan oleh para Nabi termasuk yang dalam zaman kita ini disebut sebagai suatu yang digolongkan sebagai suatu teknologi. Seperti Nabi Daud yang pandai membuat baju besi, yang disebutkan dalam al-Qur’an surah Shaba ayat 11,
أَنِ اعْمَلْ سَابِغَاتٍ وَقَدِّرْ فِي السَّرْدِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Wahai Nabi Daud, bikinlah baju besi yang besar-besar, ukurlah anyamannya dan kerjakanlah yang baik-baik. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan.
Selain kata ‘amal, al-Quran juga menggunakan kata shana’ah untuk mengungkapkan kreasi manusia. Seperti perintah kepada Nabi Nuh untuk membuat kapal.
وَاصْنَعِ الْفُلْكَ بِأَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا وَلَا تُخَاطِبْنِي فِي الَّذِينَ ظَلَمُوا
Wahai Nabi Nuh buatlah kapal di bawah pengawasan dan wahyu kami dan jangan kamu berempati kepada orang-orang zhalim yang durhaka itu. Kemudian Nabi Muhammad saw dalam beberapa hadisnya mendorong umat Islam untuk merebut dunia ini dengan kekuatan ilmu dan kekuatan amal.
المؤمن القوي خير وأحب إلى الله من الضعيف
Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah dari mukmin yang lemah. Islam tidak memandang bentuk pekerjaan, apakah pekerjaan itu di jalanan, di belakang meja, pekerjaan tangan ataukah pekerjaan otak. Asalkan tidak melanggar nilai-nilai ilahiayah, semua dibolehkan sepanjang itu untuk menjaga diri dari menjadi beban bagi orang lain, atau untuk memberi nafkah bagi anak istri dan keluarga.
Ada ilustrasi yang dikemukakan oleh Ka’ab bin Hajrah bahwa pernah pada suatu ketika, ketika Rasulullah saw sedang duduk-duduk bersama sahabatnya tiba-tiba lewat seorang lelaki yang berbadan tegak dan kekar. Melihat badan lelaki yang kekar itu di antara sahabat itu ada yang berkomentar lau kaana hadza fi sabilillah, seandainya orang yang badannya tegar dan kekar ini dipergunakan untuk terjun ke medan perang, berjihad fi sabilillah. Mendengar perkataan sahabat ini, Nabi lalu menyampaikan, Nabi meluruskan pandangan sahabat itu. Seandainya lelaki yang tegar badannya itu keluar rumah, kharaja yas’a, keluar rumah untuk mencari rezki yang halal untuk anak-anaknya yang masih kecil di rumah, fa huwa fi sabilillah, maka dia sebenarnya sudah berada di jalan Allah. Dan juga kalau dia keluar untuk memberi nafkah kedua orang tuanya yang sudah tua bangka yang tinggal di rumah, maka dia juga fi sabilillah. Dan juga kalau dia tidak punya tanggungan di rumah, tidak ada anak dan tidak ada orang tua, tapi dia hanya sebagai seorang pemuda, kalau keluar rumah untuk mencari rezki yang halal agar supaya dia tidak menjadi peminta-minta, tidak menjadi beban bagi orang lain, maka dia juga fi sabilillah. Akan tetapi kata Rsulullah saw kalau dia bekerja sekedar untuk pamer, riya, sekedar untuk membanggakan diri, fa huwa fi sabiilissyaithan, maka dia berada di jalannya syaithan. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Thabrani.
Pujian diberikan Nabi kepada orang yang tidak membebani orang lain. Orang yang menghidupi dirinya dari hasil kerja kerasnya, dari kasab atau usaha yang baik. Nabi pernah ditanya, ayyul kasab abyad? Apakah usaha yang paling baik ya Rasulallah? Amalurrajuli biyadi wa kullu kasabin mabrur, yaitu pekerjaan seseorang dengan hasil tangannya sendiri dan semua usaha yang halal, yang baik. Jelaslah sebagai muslim yang baik adalah muslim yang konsisten dengan ketauhidan, keimanan dan ketundukannya kepada Allah dan taat kepada Rasulullah. Tapi muslim yang baik juga akan mengisi hidup dengan amal-amal yang shaleh, perbuatan-perbuatan baik, yang dapat membawa kesejahteraan hidup di dunia. Berusaha berkreasi, berinovasi, meningkatkan produktifitas dalam berbagai sektor kehidupan. Sebagai seorang petani dia akan berusaha meningkatkan produktivitas pertaniannya. Sebagai seorang ilmuwan, ia berproduktivitas dengan cara mengajarkan apa yang diketahuinya dan diikutinya melalui tulisan dan pengajaran, begitu pula dengan lapangan pekerjaan yang lain. كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَى شَاكِلَتِه semua bekerja sesuai dengan bidangnya.
وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا
Barangsiapa yang mengerjakan perbuatan yang baik-baik dari kaum lelaki maupun perempuan sedangkan mereka beriman, maka mereka akan masuk surga dan mereka tidak akan dianiaya sedikit pun.