Masjid Al-Markaz Al-Islami Jend M Jusuf
  • 3 tahun yang lalu / Selamat Datang Di Website Masjid Al-Markaz Al-Islami Jend. M Jusuf Makassar
  • 3 tahun yang lalu / Selamat Datang di Website Resmi Masjid Al-Markaz Al-Islami Jend. M Jusuf
  • 3 tahun yang lalu / Selamat Datang di Website Resmi Masjid Al-Markaz Al-Islami Jend. M Jusuf Makassar
senin - minggu :

TA’AWUN DAN CINTA BERBAGI/Zulfahmi Alwi, Ph.D./Al Markaz

Terbit 22 November 2019 | Oleh : admin | Kategori : CERAMAHceramah jum'atIbadahMakalah Ceramah
TA’AWUN DAN CINTA BERBAGI/Zulfahmi Alwi, Ph.D./Al Markaz

 

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه. قال الله تعالى فى كتابه الكريم: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
وقال تعالى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا. أَمَّا بَعْدُ.

Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan manusia dengan seabik-baik ciptaan dan telah menganugerahkan petunjuk-Nya kepada kita semua untuk dijadikan acuan dalam mengarungi bahtera kehidupan ini.  Salawat dan taslim semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw yang telah memberikan contoh tauladan bagi umat manusia dalam mengeksekusi berbagai bentuk interaksi yang dialami dan dilaluinya, baik interaksi manusia secara vertikal dengan Rabbnya, maupun interaksi manusia secara horisontal dengan sesamanya dan makhluk-makhluk Allah lainnya.

Jamaah Jumah yang insya Allah dimuliakan Allah.

Kita menyadari bahwa tidak ada manusia di muka bumi ini yang dilahirkan sempurna, namun manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna dari sisi penciptaannya (ahsanu taqwim) dibandingkan makhluk-makhluk lainnya.  Dibalik kesempurnaan ciptaan manusia, Allah juga menganugerahkan kepada manusia sejumlah potensi untuk memakmurkan dunia sekaligus menundukkannya. Dengan potensi itu, manusia laksana malaikat dalam bertindak, cermat dalam berfikir, mampu terbang ke angkasa tanpa sayap, dan sanggup menyelami lautan lepas tanpa insang.  Shakespeare sendiri memuji kehebatan manusia, bahwa dengan kecerdasannya, manusia mampu mempermainkan benda yang paling kecil sekalipun, yang bernama atom. Dengan modal iman dan ilmu, sudah barang tentu manusia dituntut senantiasa mengaktualisasikan kesempurnaan ciptaannnya dan mengembangkan potensi yang dimilikinya sejalan dengan petunjuk Sang Pencipta, agar kesempurnaan dan kehormatan manusia tetap terjaga.

Ditengah kesempurnaan penciptaan manusia dengan segala potensinya, ternyata manusia tidak sanggup hidup sendiri. Manusia adalah makhluk yang ingin selalu bergaul dan berkumpul.   Keinginan untuk bergaul dan berkumpul, membuat manusia saling bergantung satu sama lain dan saling membutuhkan satu sama lain, baik untuk berhubungan secara timbal balik maupun untuk menjaga keutuhan masyarakat.  Itulah sebabnya manusia disebut juga sebagai makhluk sosial (zoon politicon atau al-insan madaniy bi al-thab’i) yang membutuhkan kebersamaan dalam hidupnya untuk saling memberi dan saling mengambil manfaat. Nabi Muhammad saw sendiri pernah menggambarkan hubungan seorang Muslim dengan Muslim lainnya, bagaikan sebuah bangunan yang saling memperkuat antara satu bagian dengan baigian lainnya.  Karena iotu, seorang pimpinan sebuah perusahaan tidak dapat menjalankan perusahaannya tanpa bantuan para pegawainya.  Demikian pula para pegawai tidak dapat melanjutkan kehidupannya tanpa bantuan pimpinan perusahaan yang mempekerjakan dan menggajinya.

Maha Benar Allah dengan firmannya dalam Surah al-Zukhruf: 32 yang artinya: “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu?  Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.

Manusia adalah pribadi-pribadi yang membentuk suatu komunitas dan tidak dapat hidup terisolasi sebagai pribadi yang terpisah.  Karena itu manusia perlu bekerjasama satu sama lain dengan mengedepankan sikap saling tolong-menolong dan cinta berbagi.  Hanya dengan sikap tolong-menolong dan cinta berbagi manusia mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan hajat hidupnya.  Itulah sebabnya al-Qur’an memberikan penekanan pentingnya membangun budaya tolong-menolong (ta’awun) dan cinta berbagi di tengah masyarakat, sebagaimana yang terdapat dalam Surah al-Maidah: 2, Allah berfirman:

وَتَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡبِرِّ وَٱلتَّقۡوَىٰۖ وَلَا تَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَٰنِۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ

 

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.  Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.

Menanggapai maksud ayat diatas, para ahli tafsir memiliki pendapat yang beragam dalam memaknai kata ta’awun. Menurut Hamka, ta’awun adalah sikap tolong-menolong dalam membina segala bentuk dan maksud yang baik dan bermanfaat untuk mewujudkan ketakwaan. Adapun Syaltut menagrtikan ta’awun sebagai lawan dari sikap egoisme, pertengkaran, perpecahan, saling memutuskan tali persaudaraan, dan fanatisme aliran.  Sedangkan al-Qadhawi menyamakan ta’awun dengan takaful atau kesetiakawanan yang berkaitan dengan perkara-perkara sosial, muamalah, dan kemasyarakata.   Ragam pendapat tersebut, menegaskan kembali tentang keluasan makna ta’awun, yaitu perintah tolong menolong dalam kebaikan dan kemakrufan yang tidak mengenal batasan gender, ras, agama, bangsa, dan  status sosial.

          Ayat diatas dengan tegas menyatakan bahwa Allah mewajibkan umat Islam untuk saling tolong-menolong dalam al-birr (kebaikan) dan ketakwaan.  Sebaliknya Allah melarang umat Islam untuk saling tolong-menolong dalam al-itsm (dosa) dan al-udwan (permusuhan).  Al-Birr adalah satu ungkapan bagi segala bentuk kebaikan dan kesempurnaan yang dituntut dari seorang hamba.  Sedangkan al-itsm (sebagai lawan dari al-birr) adalah satu ungkapan yang mencakup segala bentuk kejelekan dan keburukan yang membuat seorang hamba tercela dan terhinakan.

Tolong-menolong (ta’awun) bukan saja penting dalam ajaran Islam, bahkan lebih dari itu ta’awun merupakan suatu keharusan untuk diaktualisasikan dalam seluruh sendi kehidupan manusia, baik dalam bentuk materi, akal, fisik, doa, dan lain sebagainya. Semangat tolong-menolong dan cinta berbagi yang kita lakoni, diharapkan dapat memeberikan efek positif terhadap perubahan sifat, tabiat, dan perilaku kita sehari-hari sehingga setiap ucapan ], perrbuatan atau tindak tanduk, bahkan gagasan yang kita lontarkan dapat merefleksikan kematangan spiritual dan kesalehan individual kita masing-masing. Jika itu dapat kita wujudkan dalam kehidupan kesaharian kita, bukan saja kita telah berhasil menjadi insan Muslim yang bermetamorfosis secara individual ke arah yang lebih baik, tapi lebih dari itu kita akan menjadi sebaik-baik manusia karena kehadiran kita dapat memberikan manfaat yang seluas-luasnya bagi orang lain, khayr al-nas anfa’uhum li al-nas.

Jika kematangan spiritual dana kesalehan individual tersebut menggejala di hampir seluruh lapisan masyarakat dan menjdai bagian penting dalam berinteraksi secara vertikal dengan sang Khalik dan secara horizontal dengan sesama manusia, maka dapat dipastikan bahwa semangat tolong-menolong dan cinta berbagi telah berhasil mengejawantahkan kesalehan sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

Kesalehan sosial bukan saja penting tapi menjadi kebutuhan dalam masyarakat Indonesia hari ini.  Terlalu banyak peristiwa menyesakkan dada terjadi di depan mata kita yangmemerlukan penanganan yang sanagt serius.  Peristiwa-peristiwa yang tidak sepatutnya lahir atau dilakoni oleh insan yang bernama Muslim. Mulai dari hal-hal sepele tapi punya implikasi buruk dalam jangka panjang sampai pada hal-hal serius yang dapat mengorbankan harkat dan martabat manusia.

Coba perhatikan pola hidup hidup bersih dan gaya hidup sehat masyarakat kita secara umum.  Islam menuntut kita tolong-menolong dalam memjaga kebersihan dan kenyamanan, namun yang kita dapati tidak sedikit anggota masyarakat kita yang sangat tidak peduli dengan pola hidup bersih dan sehat yang menjadi bagian integral ajaran Islam. Membuang sampah, ludah, dan ingus semaunya bahkan di depan orang yang sedang makan tanpa merasa bersalah sama sekali. Untuk isu ini, mari belajar dari kesalehan sosial yang berhasil ditanamkan pada masyarakat Surabaya.  Surabaya yang dulu kondisinya relatif sama dengan Makassar, kini jauh melejit menjadi salah satu kota terbersih di Indonesia. Sulit sekali kita menemukan sampah yang berserakan dan tidak diurusi di seputar kota Pahlawan Surabaya.

Yang lebih mengkhawatirkan, tingginya pelaku kriminal yang terjadi di tengah masyarakat yang dirancang dengan begitu rapinya.  Jika Malaysia dan Singapura menjadi neraka bagi para pelaku dan pengedar narkoba, maka sebaliknya Indonesia telah menjadi ladang dan sorga bagi mereka.  Bukan saja pemai lokal yang tergiur dengan bisnis haram ini, tetapi sudah melibatkan jaringan internasional dengan nilai transaksi yang sangat mengejutkan. Dan yang lebih memprihatinkan lagi, narkoba dengan berbagai jenisnya sudah menjadi komsumsi kalangan anak-anak yang masih ingusan di sekitar kita.

Miris memang apa yang kita saksikan di panggung kehidupan kita akhir-akhir ini, dimana ditemukan sejumlah kejadian bahwa ta’awun yang seharusnya digunakan untuk kebaikan dan kemakrufan malah dimanipulasi untuk kejahatan dan kebatilan.  Sebutlah contoh lain kehebohan kasus pembunuhan seorang bapak yang bernama Suryono warga Sumbersalak, Ledokombo, Jember, Jawa Timur.   Menurut berita, Suryono dibunuh hasil konspirasi antara istri dan anaknya lalu mayatnya dicor di bawah Musholla di dalam rumahnya.

Juga masih segar dalam ingatan kita aliran sesat Tarekat Tajul Halawatiah yang berkembang di Gowa.  Tarekat tersebut didirikan oleh Puang Lala pada tahun 1999.  Puang Lala mengaku sebagai Maha Guru Utusan Allah kepada umat manusia.  Diantara fakta sesatnya aliran ini, Puang Lala menjual kartu sebagai SIM untuk masuk syurga seharga Rp. 10.000.  Aliran ini juga mewajibkan kepada seluruh pengikutnya untuk membayar zakat sebesar Rp.5.000 dikali jumlah berat badan.  Aliran ini juga meyakini bahwa Puang Lala dapat menunda kematian para pengikutnya selama 15 tahun.  Dan masih banyak lagi fakta-fakta sesat lainnya.  Yang mengherankan adalah banyaknya jumlah pengikut aliran ini yang mencapai ratusan orang.   Mereka meyakini apa yang dianut dalam aliran ini dalam saling tolong-menolong dalam mengembangkan dan menyebarkan ajaran Puang Lala ini.  Sekali lagi sangat miris, karena ajaran ini bukan saja dilarang dalam Islam tetapi bertentangan dengan ajaran dasar Islam.

Demikianlah, berdasarkan fakta diatas dan fakta-fakta lain yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari kita, maka konsep ta’awun dalam Islam harus dikemas dengan baik sesuai dengan syariat Islam karena tidak semua ta’awun itu baik.  Ta’awun atau tolong-menolong yang menggiring seseorang kepada kebaikan dan ketakwaan adalah baik dan menjadi anjuran agama.  Sedangkan ta’awun mendorong seseorang melakukan dosa dan menimbulkan permusuhan adalah tidak baik bahkan dilarang dalam Islam.

Mengakhiri khutbah jumat hari ini, mari kita sama-sama menundukkan hati kita seraya bermohon kepada Allah swt, semoga kita mampu mengaktualisasikan semangat tolong-menolong dan cinta berbagi dalam diri kita masing-masing.   Tolong-menolong dalam kebaikan dan kemakrufan serta tolong-menolong dalam mencegah kemungkaran dan kebatialan, mulai dari hal-hal yang paling sepele sampai kepada hal-hal yang dapat merontokkan kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara kita.  Dengan begitu insya Allah perlahan tapi pasti, kita dapat berkontribusi menggiring bangsa kita keluar dari berbagai krisis vertikal maupun horisontal menuju kehidupan bangsa yang berperadaban dan bermartabat.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah II

  اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا   أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ

Jamah Jumat yang dimuliakan Allah

Di khutbah yang kedua ini, marilah kita memanjatkan puja dan puji kepada Allah swt seraya memohon kepada-Nya agar kita senantiasa diberi petunjuk dan bimbingan-Nya untuk selalu menjadikan sikap ta’awun dan cinta berbagi menjadi bagian integral dari kepribadian kita sehingga kehadiran kita di tengah-tengah masyarakat senantiasa menjadi mercu suar kebaikan, kemakrufan, dan ketakwaan.  Amin ya rabbal alamin.

وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

SebelumnyaRASULULLAH SAW, TELADAN UMAT MANUSIA SEPANJANG MASA/Dr.H.M.ISHAQ SHAMAD, M.A/ALMARKAZ SesudahnyaBahaya Gibah dan Fitnah/Muhammad Agus, M.Th.I./Al Markaz

Tausiyah Lainnya