Masjid Al-Markaz Al-Islami Jend M Jusuf
  • 3 tahun yang lalu / Selamat Datang Di Website Masjid Al-Markaz Al-Islami Jend. M Jusuf Makassar
  • 3 tahun yang lalu / Selamat Datang di Website Resmi Masjid Al-Markaz Al-Islami Jend. M Jusuf
  • 3 tahun yang lalu / Selamat Datang di Website Resmi Masjid Al-Markaz Al-Islami Jend. M Jusuf Makassar
senin - minggu :

The Power of Word

Terbit 30 Maret 2023 | Oleh : admin | Kategori :

Oleh: Usman Jasad (Akademisi UINAlauddin Makassar)

SEORANG ilmuwan dari Jepan bernama Dr. Mazaru Emoto melakukan penelitian pada air di sebuah bendungan. Air dari bendungan itu diambil oleh Dr. Mazaru Emoto, lalu ditaruh di wadah pertama yang kemudian dikelilingi oleh orang-orang yang selalu berkata-kata yang baik. Selanjutnya, Dr. Mazaru Emoto mengambil air dari bendungan yang sama lalu ditaruh pada wadah kedua yang kemudian dikelilingi oleh orang-orang yang selalu berkata-kata yang baik.

Setelah dilakukan perbandingan, ternyata air pada wadah pertama yang dikelilingi oleh orang-orang yang selalu berkata-kata yang baik, molekul-molekul air itu tampak sangat indah dan beraturan. Sementara air pada wadah kedua yang dikelilingi oleh orang-orang yang selalu berkata-kata yang buruk, molekul-molekul air itu tampak sangat buruk dan berantakan.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kata-kata yang keluar dari mulut seseorang bisa mengubah molekul-molekul air yang ada di sekitarnya. Pantaslah Islam mengajarkan untuk membaca doa sebelum minum supaya doa yang berisi kata-kata yang baik itu bisa mengubah molekul air yang akan diminum menjadi air yang sehat. Pantaslah air zam-zam menjadi air paling mujarab di dunia karena sumber air zam-zam di Masjidil Haram, di atasnya ada orang-orang yang melakukan thawaf dan ibadah-ibadah lainnya yang memanjatkan doa yang berisi kata-kata yang baik.

Kata-kata yang baik bisa membentuk perilaku yang baik. Ada orang masuk Islam karena mendengar suara adzan dikumandangkan. Seruan adzan mengandung kata-kata yang baik sehingga dapat memengaruhi orang itu untuk masuk Islam. Pada zaman dahulu, Bung Tomo di Surabaya melawan kaum penjajah dengan kalimat ‘Allahu Akbar’ Kalimat ‘Allahu Akbar’ mengandung kata-kata yang baik sehingga membakar semangat para pemuda saat itu untuk melawan penjajahan.

Di Saudi ada tradisi yang sangat menarik. Kalau ada dua orang Arab hendak berkelahi, lalu mendengar ada orang lain mengucapkan kata-kata, ‘shallu ‘alannabi’, maka keduanya tidak jadi melakukan perkelahian. Ada sebuah anekdot, yaitu orang Indonesia berangkat ke Tanah Suci menunaikan ibadah haji. Sampai di Saudi, orang Indonesia itu bertengkar dengan orang Arab. Orang Indonesia itu dipukul oleh orang Arab sehingga jatuh terkapar. Begitu ia akan dipukul lagi, untunglah orang Indonesia itu teringat mengucapkan kata-kata, ‘shallu ‘alannabi’.

Mendengar kata-kata itu, orang Arabnya langsung sadar dan membangunkan orang Indonesia itu. Pada saat itu, orang Arab lengah, ia lalu dipukul oleh orang Indonesia sehingga ia jatuh terkapar. Begitu akan dipukul lagi, untung juga orang Arab itu teringat mengucapkan kata-kata, ‘shallu ‘alannabi’. Mendengar kata-kata itu, orang Indonesianya membentak, ‘Tidak berlaku lagi sekarang ‘shallu ‘alannabi’ karena saya sudah di atas’

Kata-kata yang buruk dapat menimbulkan efek negatif. Ada pepatah yang sangat terkenal, ‘Mulutmu harimaumu’ Artinya, musuh dapat diciptakan oleh kata-kata yang keluar dari mulut seseorang. Imam Sofyan pernah berpesan, ‘Jagalah lidahmu jangan sampai gigimu patah’. Artinya, berhati-hatilah dalam mengucapkan kata-kata, jangan sampai membuat orang lain membalasnya dengan pukulan yang dapat merontokkan gigi.

Dalam pergaulan, di samping harus menggunakan kata-kata yang baik, perlu juga memerhatikan jeda dan intonasi saat berbicara. Menurut ilmu linguistik atau ilmu kebahasaan, jeda atau tanda koma bisa mengubah mengubah arti atau makna kata-kata yang diucapkan. Sebagai contoh, bandingkanlah dua kalimat berikut yang akan saya ucapkan dengan penempatan tanda koma yang berbeda.

Kalimat pertama, ‘Menurut kabar burung, kamu sakit’ Karena tanda koma ada di belakang kata ‘burung’, maka arti kalimat ini adalah menurut kabar yang beredar kamu sakit. Kalimat kedua, ‘Menurut kabar, burung kamu sakit’. Karena tanda koma saya letakkan di belakang kata ‘kabar’, maka arti kalimat ini tentu berbeda dengan kalimat pertama tadi. Intonasi atau tekanan suara juga bisa mengubah arti atau makna kata-kata yang diucapkan.

Sebagai contoh, bandingkanlah dua kalimat berikut yang akan saya ucapkan dengan menggunakan tekanan suara yang berbeda. Kalimat pertama,  ‘Saya makan jambu monyet’ Karena intonasinya datar, maka arti kalimat ini adalah saya sedang makan jambu monyet. Kalimat kedua, ‘Saya makan jamu, monyet!’ Karena ada tekanan suara yang agak tinggi di akhir kalimat, maka arti kalimat ini tentu berbeda dengan kalimat pertama tadi.

Ada seorang pengendara motor melanggar lalu lintas di jalan raya, wajar ia dicegat oleh petugas. Petugas itu berkata dengan intonasi yang datar, ‘Kamu kutilang’. Seharusnya intonasinya agak ada tekanan, “Kamu, kutilang! Karena intonasinya datar, maka pengertiannya menjadi lain, pengendara itu menganggap dirinya dikatai ‘burung kutilang’. Begitu petugas berkata, ‘Kamu kutilang’, pengendara itu langsung menyahut, “Bapak perkutuk!’ Begitu pentingnya intonasi atau tekanan suara dalam mengucapkan kata-kata tertentu, sehingga Allah menjelaskan dalam al-Qur’an surah al-Hujurat ayat 2:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ

 “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari”

Ayat ini menjelaskan perlunya memerhatikan intonasi atau tekanan suara saat mengucapkan kata-kata. Anak tidak boleh suaranya lebih lantang dari orang tua. Murid tidak boleh suaranya lebih tinggi dari guru. Istri tidak boleh suaranya lebih keras dari suami, kecuali suami itu pendengarannya terganggu.

Kata-kata adalah doa, semakin sering diucapkan semakin besar kemungkinannya menjadi kenyataan. Jadi selalulah menggunakan kata-kata yang baik supaya Anda menjadi orang yang baik. Selalulah mengucapkan kata-kata bahagia supaya Anda menjadi orang yang bahagia.(*)

#Ceramah Tarwih Masjid Al-Markaz AL-Islami 8 Ramadhan 1444 H

 

 

 

SebelumnyaMenjauhi Pengaruh Paham Materialisme SesudahnyaMADRASAH RAMADHAN MEMBINA KESALEHAN SPRITUAL DAN SOSIAL

Tausiyah Lainnya