URGENSI MEMAHAMI LATAR BELAKANG HISTORIS ASBAB AL- WURUD SEBUAH HADIS/Prof.Dr.H.AHMAD M.SEWANG/AL MARKAZ

*KHAZANAH SEJARAH:
_URGENSI MEMAHAMI LATAR BELAKANG HISTORIS ASBAB AL- WURUD SEBUAH HADIS_ (2)*
Bagaimana di era damai?
Umat sekarang hidup damai berinteraksi dengan orang yang beda agama, mungkin bertetangga, satu kampus atau satu kantor. Kita hidup dalam sebuah komunitas bersama di sebuah negara. Bahkan sebagian umat, dalam kondisi tertentu, lebih percaya pada non-muslim, Rocky Gerung, misalnya, lebih dipercaya daripada sesama muslim. Di Arab Saudi lebih muda menemukan buku karangan John L. Esposito, bangsa Prancis, daripada buku Syek Yusuf al-Qardawi, Ketua Ulama se Dunia, walau sama-sama muslim, tetapi karena beda organisasi atau mazhab dengan yang dianut di negara setempat, sehingga bukunya dilarang dibaca. Seharusnya, dalam masyarakat maju tidak boleh sda larangan mempelajari bukunya jika hanya karena beda organisasi atau mazhab.
Demikian pula pemahaman tentang tasyabbuh di atas pada kondisi perang sangat eksklusif. Berbeda dalam suasana damai, bisa berubah jadi inklusif. Dalam sejarah, seorang ulama mashur yang banyak diikuti di Indonesia, mengubah fatwanya sendiri, karena kondisi sosial yang berbeda. Imam Syafii mengubah pendapatnya setelah beliau berpindah dari Bagdad ke Mesir, sehingga ada pendapatnya disebut qaulul qadim atau pendapat lama ketika masih di Bagdad dan qaulul jadid atau pendapat baru ketika beliau pindah ke Mesir, karena beliau melihat masyarakat Mesir berbeda dengan masyarakat Bagdad. Imam Syafii berpegang pada kaidah fikih:
تغير الأحكام بتغيير الزمان والمكان
(Perubahan hukum karena perubahan waktu dan tempat).
Hukum Islam ternyata sangat dinamis
mengikuti perkembangan masyarakat. Di sinilah arti penting mengenal latar belakang historis ketika sebuah hadis disampaikan, untuk mempercepat memahami makna substansi sebuah hadis. Pengalaman pribadi, punya keluarga yang sudah jadi warga negara Saudi. Saya kirim hadiah baju batik ke sana, bukannya keluarga tersebut berterima kasih menerima hadiah, namun justru saya dapat teguran dan menganggap haram memakai baju yang bergambar burung, mereka beralasan hadis nabi,
لا تدخل الملائكة بيتا فيه صور
(Tidak akan masuk malaikat di sebuah rumah yang di dalamnya terdapat gambar, terutma gambar hidup.)
Sebagai diketahui, masa Nabi adalah zaman paganism, Islam sangat sensitif pada kemusyrikan yang jika tidak hati-hati, gambar hidup bisa berubah jadi sesembahan. Beda dengan zaman sekarang, gambar bukan lagi jadi sesembahan tetapi sudah sebuah kebutuhan hidup bahkan dijadikan sebagai media dakwah. Bukankah yang pertama diperiksa jia tiba di airport King Abdul Aziz Jeddah adalah gambar atau poto di passport? Belum lagi masuk ke kota suci Mekkah, bisa menontong gambar hidup dari 360 channels tv.
Demikian pula dalam memahami hadis,
• الائمة قريش
(Kepemimpinan di tangan suku Quraisy.)
Hadis ini perlu dipahami menurut setting masyarakat awal Islam. Di awal Islam pemimpin itu direkrut dari suku Quraisy, tetapi setelah Islam berkembang ke luar Jazirah Arab, maka tentu akan sulit mencari suku Quraish. Menurut Ibn Khaldun bahwa kenapa para pemimpin di masa Nabi direkrut dari suku Quraisy? Ibn Khaldun menjawabnya sendiri, karena merekalah memiliki potensi kecerdasan saat itu yang bisa membangun asabiyah solidaritas. Makna sebenarnya bahwa suku mana pun sesungguhnya bisa jadi pemimpin asal memiliki potensi kecerdasan dan mampu membangun solidaritas.
Begitulah, metode dan urgensi memahami latar belakang historis asbab wurud sebuah hadis. Besok kita akan lanjutkan pada seri ke tiga.
Wassalam,
Makassar, 22JANUARI 2020