URGENSI MEMAHAMI LATAR BELAKANG HISTORIS ASBAB AL- WURUD SEBUAH HADIS/Prof.Dr.H.AHMAD M SEWANG, MA./AL MARKAZ

KHAZANAH SEJARAH :
URGENSI MEMAHAMI LATAR BELAKANG HISTORIS ASBAB AL- WURUD SEBUAH HADIS (3)
Oleh : Prof.Dr.H.Ahmad M.Sewang, MA.
Dalam kitab suci al-Quran Allah memberi pedoman QS al-Mujadalah: 11,
… يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
(… niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan).
Pedoman di atas menuntun kaum muslimin bahwa hanyalah orang beriman dan berilmu yang akan diangkat derajatnya dan bisa bergerak untuk menelusuri dengan cepat dan tepat untuk memahami lebih dalam sebuah tes dan mengintegarasikannya dengan dinamika perubahan sosial yang terus menerus berlangsung. Dengan bekal iman seseorang akan tercerahkan dan dengan ilmu pengetahuan seorang muslim akan selalu tercerdaskan. Jadi dengan iman dan ilmu yang terus di up date seorang muslim akan selalu bisa move on atau bergerak cepat tanpa mengenal halte dalam memahami setiap peristiwa, jika hanya diam di tempat bagai orang yang berdiri di tengah jalan, akan digilas oleh perubahan sendiri. Sebab dalam ilmu kebudayaan disebutkan, “Semua akan berubah kecuali perubahan itu sendiri.” Sedang dalam QS al-Rahman: 26-27 disebutkan:
• كُلُّ مَنۡ عَلَيۡهَا فَانٖ ٢٦ وَيَبۡقَىٰ وَجۡهُ رَبِّكَ ذُو ٱلۡجَلَٰلِ وَٱلۡإِكۡرَامِ ٢٧
Semua yang ada di bumi itu akan binasa.
Dan yang tetap abadi adalah Zat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan
Umat sekarang dalam situasi damai dalam bingkai NKRI yang berbhinneka tunggal ika, kita bukan lagi dalam kondisi perang, seperti Perang Salib yang dialami Ibn Taimiah atau masa kolonial berhadapan penjajah, sebelum kemerdekaan. Perbedaan itu membuat umat harus segera move on. Umat Islam sudah berumur 14 abad, tentu saja beragam pengalaman yang ditemuinya. Umat seharusnya sudah dewasa dalam penguasaan iptek, tetapi, dalam kenyataan masih sangat lambang dalam bergerak menjemput perubahan. Prof. Salim Said mengutip pendapat K.H. Yusuf Hasyim, “Para santri di awal kemerdekaan tidak mau masuk di pemerintah sebagai TNI, mereka masih membawa perasaan di masa kolonial, sementara kita sudah merdeka di bawah pemerintahan bangsa sendiri. Nanti sekitar tahun 60-an baru perasaan terjajah itu baru bisa hilang.”
Demikian pula dalam mengimpelementasikan hadis tasabbuh, seperti dikemukakan pada latar belakang di atas, sementara kita sudah memasuki era baru 4.0. Memang tidak semua bisa ditiru tentang prilaku di luar Islam. Dalam hal yang berhubungan ibadah dan akidah, harus diproteksi dan dijaga, sebab itulah jati diri umat, tidak boleh menyerupai non-muslim. Namun, dalam hal yang berhubungan dengan kebudayaan, muamalah kemasyarakatan dan ilmu pengetahuan, umat bisa saling sharing bertukaran. Dari sini kita kembali bertemu ajaran keseimbangan dalam Islam antara ajaran subut (tetap) dan ajaran yang tatawwur (perubahan) dalam Islam. Dalam sebuah riwayat dikatakan:
• اطلبوا العلم ولو بالصين فان طلب العلم فريضة على كل مسلم
(Tuntutlah ilmu pengetahuan sampai ke Cina، sesungguhnya menuntut ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim)
Riwayat di atas dibagi dua. Bagian pertama, • اطلبوا العلم ولو بالصين walau masyhur di masyarakat muslim, mayoritas ulama mengatakan kualitasnya adalah hadis palsu. Sedang bagian kedua berbunyi فان طلب العلم فريضة على كل مسلم para ulama menilai hadis ini berkualitas sahih. Namun, dalam kenyataan masyarakat muslim banyak yang pergi belajar ke negeri non muslim bahkan belajar agama sekalipun, seperti Dirjen kementerian agama sekarang, beliau studi hadis di Jerman. Negara-negara non muslim sekarang banyak memberi fasilitas umat Islam belajar di negaranya. Pada hadis lain tentang hubungan baik dengan non muslim dalam suasana damai, seperti dicontohkan Nabi berikut ini,
• كذالك في معاملة الرسول صلم لأهل الكتاب يهودا كانوا أو نصارى؛ فقد كان يزورهم ويكرمهم؛ ويُحسن إليهم ويعود مرضاهم ويأخذ منهم ويعطيهم
(Demikian itu dalam muamalah kemasyarakatan Rasulullah saw. pada ahlul kitab apakah Yahudi atau Nasrani, Rasulullah menziarahi, menghormati, berbuat baik،, membezuk jika sakit, dan membawakan makanan pada mereka.)
Dalam praktiknya pada periode klasik di zaman Harun al Rasid dan putranya al-Makmun kemajuan Islam setelah terjadi penerjemahan besar-besaran buku-buku ilmu pengetahuan Yunani ke dalam Islam, sehingga Islam mencapai puncak kejayaan, yang disebut oleh George Sarton, the golden age of Islam atau ‘Ahdu zahabi fil Islam (Masa keemasan Islam). (Habis)
Wassalam,
Makassar, 23 Januari 2020