Zaman Milenial/Dr. H. Anwar Sadat Abdul Malik, LC., MA/Al Markaz Dakwah

Dari atas mimbar khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi, untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan cara melaksanakan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari seluruh yang diharamkan.
Kaum Muslimin rahimakumullah.
Akhir-akhir ini kita menghadapi fenomena alam yang kurang bersahabat, mulai dari musibah banjir, tanah longsor, gempa bumi, dan erupsi gunung, disisi lain juga ada fenomena generasi yang gemar membanggakan diri, generasi yang mengesampingkan rasa malu dan pentingnya akhlakul karimah, generasi dengan minim empati, rendah toleransi stress dan control emosi yang buruk, diperburuk dengan pola asuh orang tua yang tidak menghadirkan agama sebagai tuntunan dan landasan utama dalam kehidupan dan ini semua dianggap TREND, naudzubillahiminzalik, apakah ini saling terkait? Mari kita renungkan.
Sidang Jamaah Jumat yang Insya Allah dirahmati oleh Allah SWT.
Zaman Milenial ini, kita dihadapkan dengan kecepatan perkembangan teknologi yang tidak disertai kesiapan dari aspek intelektualitas, emosional, dan spiritual manusia itu sendiri, beberapa dari mereka yang tidak siap menganggap dirinya sebagai manusia super Modern, dengan bekal menguasai Tekhnologi serta Hidup di era serba digital, beberapa dari mereka tidak menyadari bahwa di 1440 tahun yang lalu, Rasulullah telah memberikan isyarat yang nyata atas ummatnya khususnya yang hidup di Zaman Milenial saat ini.
Rasulullah Saw. Bersabda: Akan datang suatu zaman atas manusia.
- هممهم بطونهم : Yang mereka pentingkan adalah urusan Perut. Perut-perut mereka menjadi Tuhan-tuhan mereka.
Dalam konteks Hadis ini Rasulullah memberi gambaran dengan indah bahwa akan datang suatu zaman Ketika manusia “mempertuhankan perutnya” menjadikan uang sebagai berhala mereka, setiap keping Dolar dan rupiah menjadi berhala mereka. Mereka menghabiskan malam seluruhnya hanya untuk mengisi perut. Dulu di zaman Rasulullah orang menghabiskan malamnya dengan Tahajjud.
Disamping itu, mereka terpacu dalam mencari rezeki tapi mereka tidak memperhatikan aspek kehalalannya, yang penting bisa mengisi perut, yang penting rekening terisi, yang penting anak dan istri bisa makan. Sikut menyiku dalam berbisnis dipertontokan, kedzholiman merajalela di tengah masyarakat, Kaum yang kuat menindas kaum yang lemah maka bertambah lemah lah mereka. Kasus-kasus diperjualbelikan, siapa yang mampu membayar mahal itulah yang dimenangkan. Dan di zaman Milenial sekarang ini gejala sosial seperti ini sudah banyak kita temukan dalam kehidupan masyarakat.
Ma’asyiral Muslimin Sidang Jamaah Jumat Rahimakumullah.
Sangat tidak mengherankan kalau belakangan ini bermunculan berbagai macam teguran berupa penyakit yang melanda masyarakat, seperti Kangker, Jantung, Hipertensi dll. boleh jadi bibit-bibit penyakit itu bersumber dari makanan haram yang kemudian dimasukkan kedalam perut, Hidup tidak tenang, berkah pun menjadi hilang.
Juga tidak mengherankan kalau akhir-akhir ini doa-doa kita kurang direspon oleh Tuhan, Kenapa? Boleh jadi sudah sesuai dengan petunjuk Nabi dalam hadisnya:
مطعمه حرام ومشربه حرام وملبسه حرام وغذي بالحرام فانى يستجاب لذلك
Seorang laki-laki yang telah lama berjalan karena jauhnya jarak yang ditempuh, sehingga rambutnya kusut dan berdebuh. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdoa: Wahai Tuhanku, Wahai Tuhanku, Padahal Makanannya dari barang yang haram, Minumannya dari yang haram, Pakaiannya dari barang yang haram, maka bagaimana Allah memperkenankan doanya. (HR. Muslim: 1686)
- شرفهم متعهم : Kehormatan mereka terletak pada kekayaan mereka.
Kemuliaan seseorang diukur berdasarkan kekayaannya. Manusia memberikan penghormatan kepada orang yang memiliki banyak harta kekayaan. Maka di saat seperti itu, manusia berlomba menumpuk kekayaan untuk menunjukkan kemuliaan dan kehormatan mereka di tengah-tengah masyarakat.
- قبلتهم فروج نسائهم : Perempuan-perempuan menjadi kiblat mereka.
Seks menjadi kejaran mereka, Mereka sibuk bekerja, sepenuhnya terkonsentrasi ke Wanita-wanita pemuas Nafsu.
Waktu itu tidak tersisa Iman sedikit pun kecuali identitasnya saja. Tidak tersisa Islam sedikit pun kecuali upacara-upacaranya saja. Masjid-masjid mereka Makmur, Tetapi hati mereka kosong dari Hidayah.
Kalau terjadi Zaman seperti itu, Allah akan menyiksa mereka dengan menimpakan kepada mereka berbagai Bala’ bencana, seperti Gempa Bumi, Longsor dan Banjir serta Tsunami.